Dosen IAT: 72,25 % Masyarakat Indonesia Buta Aksara Al-Qur’an

Tim Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta hadir dalam acara Sarasehan Nasional Pengentasan Buta Aksara Al-Qur’an di Gedung Nusantara IV DPR-MPR RI pada Minggu (05/03) untuk memaparkan hasil riset yang telah dilakukan oleh tim IIQ Jakarta tentang jumlah buta aksara Al-Qur’an di Indonesia yang masih tinggi.

Tim riset IIQ Jakarta yang hadir dalam kegiatan ini yaitu Ibu Dra. Hj. Chalimatus Sa’dijah, MA., yang juga merupakan Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM), Ibu Reksiana, MA yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Ibu Mamluatun Nafisah, MA yang juga sebagai Kaprodi IAT IIQ Jakarta.

Kegiatan sarasehan nasional ini diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Literasi Qur’an (LPLQ) yang dipimpin oleh KH. Fathul Bahri yang bersama-sama menggandeng pimpinan MPR RI dan IIQ Jakarta serta para guru Qur’an untuk memberantas buta huruf baca Al-Qur’an.

Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) IIQ Jakarta Ibu Dra. Hj. Chalimatus Sa’dijah, MA mengungkap dihadapan ratusan peserta yang hadir bahwa presentase buta aksara Al-Qur’an ada diangka 58,57% sampai dengan 65%. Menurutnya, hal ini sangat memprihatinkan mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sehingga, kata Ketua LPKM, tim IIQ Jakarta tergerak melakukan riset mendalam. “Kalau baca Al-Qur’an saja kita tidak tahu lantas bagaimana kita bisa memahaminya, padahal Al-Qur’an merupakan pedoman hidup kita” Ungkapnya.

Pemberantasan baca tulis Al-Qur’an menurut Dra. Hj. Chalimah menjadi penting dilakukan, dikarenakan salah satu indikator pemahaman beragama seseorang dapat dilihat dari aspek mampu dalam membaca Al-Quran serta dapat memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

Sementara itu, Ibu Reksiana, MA dan Ibu Mamluatun Nafisah, MA menjabarkan secara detil terkait metode penelitian yang dilakukan tim riset IIQ Jakarta. Diantaranya diungkap bahwa sumber data yang berasal dari 3.111 orang di seluruh wilayah Indonesia digali kemampuannya membaca Al-Qur’an berdasar pada 4 parameter yaitu makharij al-huruf, sifat al-huruf, ahkam al-huruf dan al-mad wa al-qashr. Selain itu, terungkap dari temuan riset bahwa indeks tingkat kemampuan membaca pada level cukup dan kurang ada pada persentase 72,25 %.

Tim Riset IIQ Jakarta berharap agar pemerintah memberikan perhatian penuh untuk mengentas buta huruf Al-Qur’an dengan melakukan pembinaan secara intensif dan masif.

Ketua Umum LPLQ KH. Fathul Bari dalam sambutannya menyampaikan akan mencoba mengakselerasi konsepsi upaya penanggulangan buta aksara Al-Qur’an dengan mengajak berbagai pihak untuk bergandengan tangan dan bergotong royong untuk dapat melakukan perbaikan. Menurutnya, hal ini penting dilakukan agar generasi ke depan dapat terakselerasi secara spiritual.

“Kita menyandang problematika Al-Qur’an yang sungguh dahsyat” ujarnya.

Selain itu, Bapak KH. Muqri Qori Palembang hadir juga menyampaikan pandangannya. Beliau mengatakan perlu dilakukan revitalisasi Pendidikan Al-Qur’an dengan cara; Membangun ekosistem Pendidikan Al-Qur’an yang lebih terpadu, manajemen Gerakan perencanaan yang perlu keterpaduan, dan support system.

“Perlu ada kalimatun Sawa mencari rumusan. Kita kalau semangat jamaah akan lebih mudah. Kita juga perlu menggandeng Lembaga-lembaga filantropi. Gerakan ini perlu kita masifkan di kabupaten kota maka akan memberikan energi baru” tandasnya.

Tugas pemerintah dalam hal ini menurutnya perlu melakukan tiga hal yaitu rekognisi, afirmasi dan fasilitasi.

Pada kesempatan ini ketua LPKM IIQ Jakarta sekaligus mempromosikan IIQ Jakarta dan memberikan beberapa usulan agar Indonesia terbebas dari buta aksara Al-Qur’an. (MN)